TERAS.News, Makassar – Gerakan Urban Farming di kawasan Perumahan Bukit Baruga menjadi contoh kolaborasi warga dengan pengelola dalam membangun lingkungan hijau sekaligus mengimplementasikan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Program itu resmi diluncurkan Senin (15/9/2025) di Masjid Bin Baz, dihadiri Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, dan ahli urban farming Fadly Padi.
Chief Operating Officer PT Baruga Asrinusa Development (BAD), Ir. Natsir Mardan, menjelaskan kolaborasi ini lahir dari inisiatif Tim Urban Farming Bukit Baruga yang dipimpin Prof. Dr. Ir. Sudirman Numba.
Menurutnya, ada tiga alasan utama pengelola mendukung. Pertama, kawasan Bukit Baruga memiliki lahan kosong cukup luas, dari total 200 hektar baru 40 persen dimanfaatkan. Kedua, lebih dari 2.700 kepala keluarga sudah bermukim, yang bisa menjadi basis gerakan. Ketiga, semangat urban farming sejalan dengan tagline perusahaan, “Harmoni Kehidupan”, sekaligus menjawab persoalan sampah daun yang banyak dihasilkan dari pepohonan.
“Urban farming bukan sekadar menanam, tapi juga menangani persoalan sampah. Dengan memanfaatkan sampah organik untuk kompos, siklus lingkungan bisa berjalan lebih sehat,” kata Natsir Mardan.
Urban farming dipandang sebagai praktik nyata ESG. Dari sisi environmental, gerakan ini membantu mengurangi emisi karbon, menyediakan ruang hijau, dan mengolah limbah organik menjadi kompos.
Dari sisi social, program ini mendorong ketahanan pangan, keterlibatan warga, hingga edukasi lingkungan bagi anak-anak. Sementara dari aspek governance, program ini menjadi bukti transparansi perusahaan dalam menjalankan bisnis berkelanjutan.
Sampah organik yang sebelumnya menjadi beban, kini bisa diolah menjadi sumber daya. Kompos yang dihasilkan menyuburkan kebun warga, sementara hasil panen dapat dimanfaatkan atau dipasarkan kembali. Aktivitas berkebun juga memperkuat interaksi sosial di tengah masyarakat perkotaan yang cenderung individualis.
“Urban farming adalah gerakan transformasi, mengubah sampah menjadi sumber daya, kebiasaan membuang menjadi budaya mengolah, dan kota penuh masalah menjadi kota yang lebih sehat dan berkelanjutan,” tegas Natsir.(*)
Comment