IMA 2025, Sekda Makassar Dorong OPD dan Sekolah Jadi Mesin Inovasi Daerah

Sumber Foto : Humas Pemkot - Perwakilan UPT SPF SDI Perumnas Antang 3 memaparkan inovasi “Meramu Kue” di hadapan dewan juri Innovative Mayor Award (IMA) 2025 di Ruang Rapat Sekda Makassar, Balai Kota, Jumat (31/10/2025).

RETAS.News, Makassar — Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Makassar, Andi Zulkifly, menegaskan bahwa inovasi harus menjadi ciri khas dalam setiap unit kerja pemerintahan, bukan sekadar rutinitas yang berjalan tanpa arah.

Ia mengingatkan agar aparatur pemerintah tidak bekerja dengan pola “autopilot”. Hal itu disampaikan saat menjadi juri untuk tiga besar nominasi Innovative Mayor Award (IMA) 2025 di Ruang Rapat Sekda Makassar, Balai Kota, Jumat (31/10/2025).

Tiga finalis tersebut ialah Matasa dari UPT SPF SDN Nusa Harapan Permai, Meramu dari UPT SPF SDI Perumnas Antang 3, dan Barrasa dari UPT SPF SMPN 15 Makassar, yang berhasil menyingkirkan peserta dari berbagai OPD di lingkungan Pemkot Makassar.

“Peserta yang ada di sini sudah melalui tahapan panjang dan menunjukkan upaya luar biasa. Ini pencapaian yang patut diapresiasi,” ujar Zulkifly.

Mantan Kepala Bappeda Makassar itu mengapresiasi antusiasme peserta yang menyiapkan presentasi dengan matang. Ia menilai semangat tersebut menunjukkan kesungguhan dalam menumbuhkan budaya inovatif di lingkungan kerja masing-masing.

Namun, ia juga menyoroti masih adanya beberapa dinas yang belum serius menjalankan program inovasi dan cenderung menganggapnya seremonial.

“Banyak dinas yang masih pasif, seolah inovasi hanya formalitas. Padahal, Pak Wali sudah menegaskan bahwa inovasi adalah salah satu indikator utama penilaian kinerja SKPD,” tegasnya.

Zulkifly menekankan agar setiap kepala OPD dan kepala sekolah mampu menggali potensi unik di lingkungan masing-masing untuk melahirkan terobosan nyata.

“Autopilot itu artinya hanya mengulang apa yang dilakukan tahun sebelumnya tanpa perubahan. Pemerintah tidak boleh bekerja seperti itu,” katanya.

Ia mencontohkan inovasi SMP Negeri 15 Makassar melalui sistem poin karakter siswa yang dinilainya relevan dengan fungsi pendidikan.

“Inovasi ini baik karena mendorong perilaku positif siswa dan membuat penilaian karakter lebih objektif,” jelasnya.

Zulkifly juga mendorong agar inovasi tersebut diperkuat dengan teknologi digital agar lebih adaptif.

“Saya sarankan agar dikembangkan dengan aplikasi berbasis IT, supaya guru dan orang tua bisa terlibat langsung dalam pemantauan,” tutupnya.(*)

Comment