Ekonomi Hijau Terpadu, Tanjung Merdeka Jadi Role Model Kota Hijau Makassar

Sumber Foto : Humas Pemkot/Tim akademisi dan warga Kelurahan Tanjung Merdeka, Makassar, saat meninjau budidaya hidroponik dalam Program Ekonomi Hijau Terpadu, Rabu (17/9/2025).

RETAS.News, Makassar – Tim pengabdian kepada masyarakat dari perguruan tinggi sekaligus tim ahli Pemkot Makassar, Prof. Dr. Batara Surya, resmi luncurkan Program Terpadu Ekonomi Hijau.

Program tersebut memadukan pertanian perkotaan (urban farming) dengan diversifikasi usaha perikanan dan peternakan skala rumah tangga.

Hal itu dilakukan sebagai upaya mewujudkan ekonomi hijau berbasis pemberdayaan warga mulai diwujudkan di Kelurahan Tanjung Merdeka, Kecamatan Tamalate, Makassar.

Program ini dirancang lintas disiplin oleh akademisi, Prof. Batara Surya, Prof. Agus Salim, Dr. Hernita, dan Emil Salim, selama beberapa bulan terakhir menyiapkan pola pendampingan berkelanjutan untuk meningkatkan pendapatan keluarga sekaligus menjaga lingkungan.

Warga didorong memanfaatkan ruang terbuka hijau, taman lingkungan, hingga pekarangan rumah untuk menanam sayuran hidroponik dengan siklus panen sekitar 30 hari.

Hasil panen kemudian dipasarkan melalui platform daring dan komunitas lokal sehingga warga dapat menjangkau konsumen tanpa perantara.

Selain pertanian, tim juga memperkenalkan tiga model usaha kecil:

  • Peternakan ayam petelur dengan kandang pekarangan berkapasitas rendah, dilengkapi manajemen pakan dan biosekuriti sederhana.
  • Budidaya udang vaname menggunakan kolam terpal modular dengan sistem aerasi dan pengelolaan kualitas air efisien, panen 90–120 hari.
  • Produksi kepiting soka melalui pemeliharaan pra-molting dengan boks sistem aerasi, panen 2–3 minggu.

“Program ini tidak hanya menciptakan sumber pendapatan baru, tetapi juga memanfaatkan setiap jengkal lahan agar lebih produktif tanpa merusak lingkungan,” jelas Prof. Batara Surya usai peluncuran, Rabu (17/9/2025).

Untuk menjaga keberlanjutan, warga juga dikenalkan teknologi sederhana ramah lingkungan, sumur dangkal untuk pasokan air saat kemarau, panel surya untuk kebutuhan hidroponik, serta pengomposan melalui biopori dan lubang vertikal yang berfungsi meningkatkan serapan air sekaligus menghasilkan pupuk organik.

Di sisi sosial, program ini disertai pasar murah dan pembagian paket pangan bagi warga prasejahtera. Sementara sampah plastik dan botol bekas diolah menjadi ecobrick atau dinding botol sebagai sarana edukasi daur ulang.

“Melalui kolaborasi ini, Tanjung Merdeka diharapkan menjadi contoh kota hijau yang inklusif. Warga dapat menekan biaya hidup sekaligus membuka peluang usaha rumah tangga,” tambah Prof. Batara.

Langkah ini sekaligus menegaskan Tanjung Merdeka sebagai role model ekonomi hijau perkotaan yang dapat direplikasi di kelurahan lain di Makassar, sejalan dengan agenda pembangunan berkelanjutan dan ketahanan pangan kota.(*)

Comment