Penulis : Aromi Sirajuddin (Barly)
RETAS.News, Makassar – Makassar hari ini tidak hanya dikenal sebagai pusat ekonomi di kawasan timur Indonesia, tetapi juga sebagai panggung tempat Generasi Z menyiapkan masa depan.
Di kafe, co-working space, hingga lewat layar gawai, anak-anak muda ini sibuk belajar, berkreasi, dan bahkan membangun usaha.
Generasi Z, mereka yang lahir di akhir 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh bersama arus digitalisasi. Internet bagi mereka bukan sekadar hiburan, melainkan ruang belajar, berekspresi, sekaligus ladang mencari nafkah.
Namun, di balik akses informasi yang melimpah, tantangan besar pun menanti, dunia kerja kini tidak lagi hanya menilai ijazah, melainkan keterampilan dan kreativitas yang relevan dengan zaman.
Pekerjaan konvensional terus bertransformasi. Perbankan, perdagangan, hingga birokrasi menuntut sumber daya manusia yang menguasai teknologi, berpikir kritis, dan adaptif.
Sayangnya, banyak lulusan muda di Makassar masih beranggapan bahwa kuliah otomatis menjamin pekerjaan tetap.
Realitas di lapangan berbeda, lowongan formal tak sebanding dengan jumlah angkatan kerja muda yang terus bertambah.
Di titik inilah kreativitas menjadi “mata uang baru”. Generasi Z yang mengasah kemampuan digital marketing, desain grafis, produksi konten, hingga keahlian teknis seperti coding dan analitik data, akan lebih kompetitif.
Tak sedikit anak muda Makassar mulai merintis bisnis online, menjual karya kreatif, hingga membangun startup lokal. Semangat wirausaha perlahan tumbuh dari tangan-tangan muda ini.
Namun, persoalan lain masih membayangi, konsistensi dan mentalitas. Adaptif, tapi mudah jenuh, itulah ciri yang sering dilekatkan pada Generasi Z. Banyak yang cepat berganti arah hanya karena tren, bukan karena visi.
Di sinilah peran pemerintah, akademisi, dan industri menjadi penting, menyediakan pelatihan berbasis keterampilan, inkubator bisnis, serta jejaring kolaborasi agar energi kreatif anak muda tidak berhenti di tengah jalan.
Makassar punya modal besar, bonus demografi, ekosistem digital yang berkembang, dan kultur masyarakat yang dinamis.
Jika Generasi Z mampu menjadikan kreativitas sebagai kekuatan utama, keterbatasan lapangan kerja formal bisa berubah menjadi peluang emas.
Karena di era digital, pekerjaan bukan lagi soal siapa yang melamar, melainkan siapa yang mampu menciptakan solusi. Dan Generasi Z di Makassar punya kesempatan luas untuk membuktikan hal itu.(*)
Comment