Indonesia 80 Tahun: Kemerdekaan yang Menjaga Lingkungan dan Kota

Indonesia 80 Tahun: Kemerdekaan yang Menjaga Lingkungan dan Kota

Perjalanan delapan dekade kemerdekaan Indonesia bukan sekadar tentang lepas dari penjajahan, melainkan tentang upaya terus-menerus merawat mimpi dan cita-cita bangsa. Kemerdekaan sejati bukan hanya bebas secara politik, tapi juga mencakup kedaulatan atas kehidupan, lingkungan, dan masa depan.

Oleh Mashud Azikin, Pegiat Sosial dan Pemerhati Lingkungan di Makassar

RETAS.News MAKASSAR, Perjalanan delapan dekade kemerdekaan Indonesia bukan sekadar tentang lepas dari penjajahan, melainkan tentang upaya terus-menerus merawat mimpi dan cita-cita bangsa. Kemerdekaan sejati bukan hanya bebas secara politik, tapi juga mencakup kedaulatan atas kehidupan, lingkungan, dan masa depan.

Sering kali, kemajuan diukur dari pembangunan infrastruktur seperti gedung-gedung tinggi atau jalan tol yang luas. Namun, apa makna kemajuan jika udara kotor, air tercemar, dan ruang hijau kian hilang? Apa arti merdeka jika lingkungan kita rusak dan tidak sehat?

Pendiri bangsa mewariskan negeri ini sebagai rumah besar bagi seluruh rakyat. Kini, rumah itu menuntut kepedulian kita — tak hanya sebagai warga negara, tetapi juga sebagai penjaga bumi dan kota. Di Makassar, kepedulian ini diwujudkan dalam program Urban Farming “Tanami Tanata’” dan berbagai upaya pengelolaan lingkungan berkelanjutan yang menjadi program andalan Walikota Munafri Arifuddin.

Program Tanami Tanata’ lebih dari sekadar kegiatan menanam sayuran atau tanaman hias. Ia menjadi simbol meningkatnya kesadaran akan pentingnya kota yang hijau dan produktif sebagai bagian dari kemerdekaan yang bernilai. Setiap tanaman yang tumbuh menjadi simbol kehidupan baru, ruang interaksi antara manusia dan alam, serta sumber pangan sehat yang mendukung ketahanan keluarga dan lingkungan sekitar.

Memaknai kemerdekaan juga berarti menegakkan keadilan sosial yang mencakup alam. Ini mencakup memberi kesempatan kepada petani kota, mendidik anak-anak tentang pentingnya tanah dan air, melibatkan warga dalam menjaga kebersihan sungai, dan mengurangi penggunaan plastik. Upaya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan menjadikan Makassar kota yang tidak hanya bersih dan hijau, tapi juga ramah untuk generasi yang akan datang.

Delapan puluh tahun kemerdekaan adalah momen refleksi untuk menjadi bangsa yang lebih bijak — bijak dalam menggunakan sumber daya, mengelola, dan mengembalikannya ke alam. Jika dahulu pejuang mempertaruhkan nyawa untuk kemerdekaan, kini kita bertaruh demi masa depan: melawan keserakahan, menolak kelalaian, dan menanam harapan di setiap sudut kota.

Kemerdekaan adalah hak yang telah kita miliki, namun menjaga dan merawatnya adalah tanggung jawab bersama. Tanggung jawab itu bukan hanya untuk bangsa, tetapi juga untuk bumi dan kota tempat kita tinggal. Urban Farming dan pelestarian lingkungan menjadi wujud nyata dari kemerdekaan yang berkelanjutan dan bermakna.

Comment